Main Article Content

Abstract

Chicken Sempol is a snack food that lately selected by all of ages, especially by elementary school student because it easily found in elementary schools at Surabaya and affordable prices. Sempol is a snack that the ingredients and the processing such as meatballs but only the process and the servings is different because it stabbe with a stick like sate and served after fried dipped earlier in egg whisk.Sempol chicken circulating at Surabaya suspected contain dangerous Food Additives such as borax and formaldehyde so it should be tested. Research on sempol assay was be done on chicken sempol were sold in 23 elementary schools in Sukolilo district, Surabaya got 26 chicken sempol traders. The results showed that only one chicken sempol sold did not contain borax and formalin (4,348 %), while 25 chicken sempol from different traders in different elementary schools are also contained borax and formalin (95,652 %).

 

Borax and formaldehyde were qualitatively assay, the assay of borax based on the color change of curcumin paper and the assay of formaldehyde is done by determining the KMnO4 solution to determine the pink disappearance of the KMnO4 solution.

 

Keywords: borax; formalin; sempol chicken; Sukolilo

Article Details

How to Cite
, & . (2018). Kandungan Boraks dan Formalin Pada Sempol Ayam Yang Beredar Di Sekolah Dasar Kecamatan Sukolilo Surabaya. Food Science and Technology Journal (Foodscitech), 1(1). https://doi.org/10.25139/fst.v1i1.1003

References

  1. Ali, M., Suparmono, Hudaida, S. (2013). Evaluasi Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Di Lampung. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan. pp. 139-144.
  2. Almatsier, S. (2003). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Jakarta
  3. Alsuhendra dan Ridawati. (2013) . Bahan Toksik dalam Makanan. Rosda. Jakarta.
  4. Aminah dan Himawan. (2009).Bahan-Bahan Berbahaya dalam Kehidupan. Salamadani. Bandung.
  5. Apriyanto, Fardiaz, Puspitasari,Seidarnawati dan Budiyanto (1989). Apa Itu Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif ?.http://beladina27. blogspot.com/2013/05/apa-itu-metode-penelitian-kuantitatif.html. Diakses
  6. pada tanggal 2 Desember 2017.
  7. Arisman (2009). Keracunan Makanan. Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
  8. Badan Standarisasi Nasional. (1995). Bakso Ikan. SNI 01-3819-1995. Jakarta.
  9. Badan POM RI dan 30 Balai Besar/Balai POM. Pangan Jajanan Anak Sekolah.
  10. 2009;1.
  11. Bihar, S. (2016). Makanan Jajanan Pilihan yang Sehat dan Bergizi. http://harian.analisadaily.com/kesehatan/news/makanan-jajanan-pilihan-yang-sehat-danbergizi/168175/2015/09/07. Diakses pada tanggal 2 Desember 2017
  12. Budiyanto, A.K. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
  13. Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
  14. Edisi 2 Cetakan I. Bumi Aksara. Jakarta.
  15. Daftar Referensi Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, (2018). Daftar Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Kecamatan Sukolilo. http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?level=3&kode=056 008&id=5. Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.
  16. Departemen Kesehatan R.I, dan Direktorat Jendral POM. (1988). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta.
  17. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999). Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.
  18. --------------------------------------------------------------- (2000). Rencana Aksi
  19. Program Pangan Dan Gizi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
  20. --------------------------------------------------------------- (2002). Tentang bahan Tambahan Pangan Berbahaya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
  21. --------------------------------------------------------------- (2006). BTM Yang Diijinkan dan Dilarang. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
  22. -------------------------------------------------------------- (2012).Sanksi Terhadap Penggunaan Boraks dan Formalin. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
  23. Effendi, S. (2012). Teknologi Dan Pengawetan Pangan. Alfabeta. Bandung.
  24. Eka, R. (2017). Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Titik Media Publisher. Jakarta.
  25. Fardiaz, S. (2007). Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor. Bandung.
  26. Halim dan Azhar, A. (2012). Boron Removal From Aquaous Solution Using Curcumin-Aided Electrocoagulation. Middle-East Journal of Scietific Research 11(5). p583-588
  27. Hanafiah, A.K. (2000). Rancangan Percobaan. Grafindo Jakarta. Jakarta.
  28. Hardiansyah dan Sumali. (2001). Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan.
  29. Koswara. Jakarta.
  30. Hartati, F.K. (2017). Analisis Boraks Dengan Cepat, Mudah dan Murah. Jurnal Tek. Proses dan Inovasi Industri. 2(1): 33-37.
  31. Hermanianto (2008). Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  32. Irianto, K dan W, Kusno. (2007). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya. Bandung
  33. Kartika,B., P.Astuti, W.Supartono. (1987). Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
  34. Khomsan, A. (2003). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada.
  35. Jakarta.
  36. Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
  37. Punvanti, I.T., Wulandari, Y.W., Rahayu, K. (2007). Formalin Contamination in Children’s Street Foods at Schools in Surakarta, Central Java. IPB (Bogor Agricultural University), Indonesia.
  38. Purnomo (2009). Analisa Boraks Pada Krupuk Udang dan Pempek yang Beredar di Wilayah Bandung Jawa Barat. Gustaf Indoreland Universitas Padjajaran Bandung
  39. Saparinto,C. dan Hidayati,D. (2010). Bahan Tambahan Pangan. Kanisius.
  40. Yogyakarta.
  41. -------------- (2011). Fishpreneurship Variasi Olahan Produk Perikanan Skala Industri dan Rumah Tangga. Lily Publisher. Yogyakarta.
  42. Saputro. (2014). Uji Formalin Dalam Bahan Pangan. http://www.ilmuternak.com/2014/10/uji-formalin-dalam-bahan-pangan.
  43. Seto, S. (2001). Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Perdagangan Internasional. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor.
  44. Siti, M. (2013). Validasi Uji Formalin dengan Pereaksi Schryver dan Kalium Permanganat. e-Jurnal Univ. Negeri Yogyakarta.2 (3).
  45. Syah, D. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
  46. Tubagus, I, Gayatri, C, Fatimawali. (2013). Identifikasi dan Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi.2(4):142-148.
  47. Wibowo, S. (2000). Pembuatan Bakso Ikan dan Bakso Daging. Penebar Swadaya.
  48. Jakarta.
  49. Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES. (2006). Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Trubus Agrisarana. Jakarta.
  50. Wikipedia (2017a). Formaldehida. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Akses pada 15 November 2017.
  51. -------------. (2017b). Sempolan. Wikipedia Bahasa Indonesia. Ensiklopedia Bebas.
  52. Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  53. Yuliarti, N. (2007). Awas! Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Andi.Yogyakarta