PERGELARAN WAYANG KULIT SEBAGAI MEDIA PENANAMAN KARAKTER ANAK


Abstract
Salah satu sastra lisan yang paling populer di masyarakat Jawa adalah pergelaran wayang kulit. Lakon wayang kulit Jawa diambil dari epik India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Pergelaran wayang kulit juga menjadi tuntunan bagi masyarakat yang menonton. Maksudnya, wayang bukan sekadar sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media komunikasi, penyuluhan dan pendidikan. Maka, pergelaran wayang kulit dapat dijadikan wahana penanaman karakter yang memuat moral, etika, dan nilai-nilai adi luhung. Untuk memahami dan menemukan moral, etika, dan nilai-nilai adi luhung pergelaran wayang kulit dibutuhkan teori yang relevan. Penelitian ini akan menggunakan teori hukum epik Axel Olrix dan menggunakan objek pergelaran wayang kulit lakon Laire Semar dengan dalang Ki. Purbo Asmoro. Hukum Epik Axel Olrix tersebut mempunyai dua belas hukum yang akan digunakan untuk menganalisis. Akan tetapi, dalam penelitian ini Hukum Epik Axel Olrix yang diambil hanya tiga poin yang berkaitan dengan penanaman karakter anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memahami keterkaitan antara moral dan nilai-nilai di masyarakat dengan yang digambarkan pada pergelaran wayang kulit.
Kata Kunci: Pergelaran Wayang Kulit, Hukum Epik Axel Olrix, Karakter Anak.
References
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra, edisi revisi. FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Buku kita.
Purwadi, Dr. 2009. Pengkajian Sastra Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka.
Sudikan. Setya Yuwana. 2014. Metode Penelitian Sastra Lisan. Lamongan: Pustaka Ilalang.
Sujamto. 1995. Wayang dan Budaya Jawa. cetakan ketiga, cetakan pertama tahun 1992. Semarang: Dahara Prize.

Jurnal Ilmiah Fonema by http://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/pbs is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.