Representasi Etika Jurnalistik dalam Film “Headline: The Silenced Voice”

  • Rayhan Agung Kurniansyah Universitas Dr. Soetomo
  • Solikhah Yuliatiningtyas
  • Nur’annafi Farni Syam Maella
  • Nevrettia Christantyawati
  • Sanhari Prawiradiredja
Abstract views: 155 , PDF downloads: 154
Keywords: Pers, Film, Semiotika, Etika Jurnalistik

Abstract

Kebebasan pers sepenuhnya telah diatur dalam UU nomor 40 tahun 1999. Salah satu wujud dari kebebasan pers ialah menyuarakan informasi yang berpihak pada kepentingan publik dengan mengacu pada Kode Etik Jurnalistik. Meski telah sepenuhnya dilindungi oleh regulasi, kinerja pers dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik kerap dihalang-halangi oleh berbagai pihak. Di Indonesia, tindakan represif terhadap jurnalis sudah menjadi keprihatinan sejak era orde baru. Berdasarkan peristiwa yang kerap terjadi, film “Headline: The Silenced of Voice” berusaha mengangkat suatu peristiwa yang menjadi catatan hitam bagi pers di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana film “Headline: The Silenced Voice” mampu memperlihatkan representasi etika jurnalistik serta problema sosial dan pelanggaran kode etik jurnalistik yang sering ditemukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa dalam film “Headline: The Silenced of Voice” ditemukan beberapa adegan yang telah mematuhi Kode Etik Jurnalistik beserta pelanggaran yang menciderai etika jurnalistik. Film “Headline: The Silenced Voice” ini berusaha menyampaikan pesan khusus bahwa kerja jurnalis semestinya dilindungi dan diberikan kebebasan atas nama kepentingan publik.

Kebebasan pers sepenuhnya telah diatur dalam UU nomor 40 tahun 1999. Salah satu wujud dari kebebasan pers ialah menyuarakan informasi yang berpihak pada kepentingan publik dengan mengacu pada Kode Etik Jurnalistik. Meski telah sepenuhnya dilindungi oleh regulasi, kinerja pers dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik kerap dihalang-halangi oleh berbagai pihak. Di Indonesia, tindakan represif terhadap jurnalis sudah menjadi keprihatinan sejak era orde baru. Berdasarkan peristiwa yang kerap terjadi, film “Headline: The Silenced of Voice” berusaha mengangkat suatu peristiwa yang menjadi catatan hitam bagi pers di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana film “Headline: The Silenced Voice” mampu memperlihatkan representasi etika jurnalistik serta problema sosial dan pelanggaran kode etik jurnalistik yang sering ditemukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa dalam film “Headline: The Silenced of Voice” ditemukan beberapa adegan yang telah mematuhi Kode Etik Jurnalistik beserta pelanggaran yang menciderai etika jurnalistik. Film “Headline: The Silenced Voice” ini berusaha menyampaikan pesan khusus bahwa kerja jurnalis semestinya dilindungi dan diberikan kebebasan atas nama kepentingan publik.

Published
2023-03-27
How to Cite
Rayhan Agung Kurniansyah, Solikhah Yuliatiningtyas, Nur’annafi Farni Syam Maella, Nevrettia Christantyawati, & Sanhari Prawiradiredja. (2023). Representasi Etika Jurnalistik dalam Film “Headline: The Silenced Voice” . Journal Communication Specialist, 2(1), 21-41. https://doi.org/10.25139/jcs.v2i1.5291
Section
Articles

Most read articles by the same author(s)