TINJAUAN YURIDIS TRADISI ADAT UANG BELIS (MAHAR) DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT DI DESA SAGA KECAMATAN DETUSOKO KABUPATEN ENDE
Abstract views: 50
,
LEX JOURNAL downloads: 87
Abstract
The purpose of this research is to reveal the culture and meaning of belis money, marriage law regulations and the process of giving belis, and the consequences of the high price of belis. This research is a qualitative research. The location of this research is in Saga Village, Detusoko District, Ende Flores Regency, East Nusa Tenggara. The informants in this study were customary chiefs, Saga village heads and belis beneficiary women. Data was collected through interviews and observation. The results of this qualitative study indicate that the belis tradition still applies to the people of Saga village. Belis is not just a dowry in marriage, belis also has a function, namely as a condition for marriage, as a reflection of women's social status and as a change in the status and role of women in the family structure. However, belis is also the reason for violence against women in the household in Saga Village.
Keywords: belis tradition, social status reflection, family structure, Saga village
References
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, h. 1208
Adeltrudis Bamung, (Tradisi Belis Dalam Adat Perkawinan Masyarakat Beo Sepang, Kecamatan Boleng, Kab Manggarai Barat), hal. 2. jurnal
https://id.wikipedia.org/wiki/budaya
Pengaruh belis dalam proses perkawinan adat Ende lio dikaitkan dengan undang-undang no : 16 tahun 2019
Perubahan atas undang-undang no 1 tahun 1974 Tentang perkawinan, Kosmas minggu fakultas hukum universitas flores
PERDA Kabupaten Ende no 02 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan, pengakuan dan perlindungan hak masyarakat Hukum Adat di Kabupaten Ende
Anggraeni 2003 dalam rodlyah, 2017:96, pengaruh belis dalam perkawinan adat Ende lio, Kosmas minggu, tahun 2019, hal. 02
https://jagokata.com/arti-kata/belis.html,Jumat, 8 April 2022, 14.00
Koentjaraningrat , dalam hukum Adat Indonesia 2014:87, Jakarta: Gramedia Pustaka.
(Sutardi, 2007:43),antropologi
(Laudasi et al, 2020), cara pandang orang atoni pah metro dalam perspektif komunikasi ritual
(Ningrum, 2016:2), Pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Terhadap Kemampuan Berpikir Kristis Peserta Didi
Finsensia Clarita Gharu Leta, (Fungsi Belis Pada Masyarakt Desa Kurulimbu Kecamatan Ndona Timur Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur),hal. 2,Vol. 617
(Lilijawa, 158-161 dalam Aman, 2010:2-3). Pemberian Belis Juga Merupkan Simbol Dalam Relasi
Finsensia Clarita Gharu Leta, (Fungsi Belis Pada Masyarakt Desa Kurulimbu Kecamatan Ndona Timur Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur),hal. 3, Vol 618
(Wanti, 2014:633). Masala Sosial Karena Adanya Belis
(Aman, 2010:9).Sistem Patrineal masyarakat Lio
Gelles dan straus (dalam syufri, 2009:98), Perspektif sosiologis tentang kekerasan
(Allerton, 2004:45 dalam Rodliyah, 2017: 95), Belis merupakan fenomena sosial budaya bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur tidak terpisahkan bagian dari pernikahan adat yang juga menimbulkan konsekuensi jika diabaikan Usfinit, Yogyakarta, Kanisius, 2003
Robert Groves,Benuf & Azhar 2020, Metodologi Penelitian Hukum sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer
Menurut pasal 2 Undang-Undang no.16 tahun 2019 atas perubahan dari UU no.1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 18 B ayat (2) Undang-Undang 1945
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
Sutardi,Tedi,2007.Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya, Setia Purna Inves, Bandung, 2007, hal. 43
Copyright (c) 2023 Lex Journal : Kajian Hukum dan Keadilan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
